Situs Purbakala

Masa Kejayaan Dinasti Sanjaya Terukir di Dieng

Inilah alasan yang membuat Dieng begitu istimewa buat Dinasti Sanjaya pada masa pemerintahan Kalingga, dataran tinggi Dieng ternyata terpilih menjadi tempat pemujaan dewa Siwa karena tempat ini berada di tengah-tengahnya pulau Jawa (porosnya Jawa), letaknya yang sangat tinggi dan memiliki banyak sumber air bersih untuk mendukung kehidupan, banyak ditemukan batu andesit sebagai bahan baku bangunan candi, dan tentunya hawa sejuk yang dimiliki juga mendukung untuk meditasi. dan saking senangnya dengan tempat yang mereka temukan ini, tidak tanggung-tanggung mereka membangun candi-candi kecil yang jumlahnya mencapai 400 bangunan dan luas keseluruhan kompleks Candi Dieng mencapai sekitar 1.800 x 800 m². Sungguh luar biasa!

Selain untuk keperluan ibadah atau pemujaan pada dewa Siwa, candi-candi yang dibangun juga digunakan sebagai tempat tinggal para pemuka agama Hindu dan tempat belajar bagi para santri Hindu. Pembangunan candi ini dimulai pada abad ke 8 Masehi, ini dibuktikan dengan ditemukannya sebuah prasasti yang menuliskan angka tahun 808 M. Percandian di Dieng terbagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok candi Arjuna, kelompok candi Dwarawati dan kelompok candi Gatotkaca. Selain dari 3 kelompok candi ini masih ada 1 candi yang berdiri sendiri yaitu candi Bima yang terletak di dekat pintu masuk kawah Sikidang. Candi-candi ini dinamakan berdasarkan nama tokoh dalam cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabarata.

a. Kelompok Candi Arjuna

Kelompok ini terdiri dari 5 buah bangunan candi. 4 candi berada pada deretan yang sama yaitu; candi Arjuna, candi Srikandi, candi Puntadewa dan candi Sembadra, sedangkan sisanya adalah candi Semar yang bentuknya terlihat paling beda dan berdiri di hadapan candi Arjuna. Di komplek ini juga terdapat reruntuhan bangunan yang dahulu merupakan bangunan Darmacala, yaitu bangunan yang dijadikan sebagai tempat tinggal para pemuka agama Hindu dan para santri Hindu.

b. Kelompok Gatotkaca

Kelompok Gatutkaca berada tidak jauh dari kelompok candi Arjuna dan sebenarnya juga terdiri atas 5 candi, yaitu Candi Gatutkaca, Candi Sentyaki, Candi Nakula, Candi Sadewa, Candi Petruk dan Candi Gareng, namun saat ini yang masih dapat dilihat bangunannya hanya Candi Gatutkaca. Keempat candi lainnya hanya tinggal reruntuhannya saja.

c. Kelompok Dwarawati

Kelompok Dwarawati berada pada tempat yang lebih tinggi dan agak menjauh dari kelompok yang lain. Kelompok Dwarawati berlokasi di atas desa Dieng Kulon kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah terdiri atas 4 candi, yaitu Candi Dwarawati, Candi Abiyasa, Candi Pandu, dan Candi Mergasari. Akan tetapi, saat ini yang berada dalam kondisi relatif utuh hanya satu candi, yaitu Candi Dwarawati.

Watu Kelir

Selain dari kelompok candi yang sebagian besar tinggal puing-puingnya saja, di atas desa Dieng Wetan juga ditemukan watu kelir atau batu-batu yang sudah dipotong dengan ukuran tertentu dan dipasang pada tebing yang fungsinya untuk menahan agar tebing tidak longsor. Oleh para ahli sejarah diperkirakan tempat ini dulu dijadikan sebagai tempat untuk melihat pemandangan alam sekitar dataran tinggi Dieng.

Ondho Budho

Ondho budho ini berarti tangga batu yang usianya sangat tua, jalan yang rerletak di tengah lahan kentang ini dahulu dijadikan sebagai akses menuju areal Dieng bagi para peziarah yang berjalan kaki dari desa Tieng. Sekarang tangga batu ini sudah banyak yang lepas dan tidak terawat.

Arca

Selain ditemukannya candi beserta reruntuhannya, di areal Dieng juga banyak ditemukan arca-arca oleh para petani yang sedang menggarap lahannya. Namun sayangnya tidak semua arca yang ditemukan itu diserahkan ke BP3, sebagian disembunyikan untuk dijual pada kolektor karena harganya sangat mahal. Sebagian arca yang masih tersisa kini disimpan di Museum Kailasa Dieng.

Wisatawan yang datang ke Dieng, meskipun hanya bisa melihat sisa-sisa bangunan candi yang kebanyakan tinggal puing-puingnya saja dan berserakan dimana-mana, namum mereka akan membuktikan bahwa bumi Dieng merupakan salah satu saksi bisu bukti kejayaan Dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu Siwa.

Silakan datang dan nikmati segala keindahan alamnya.

Foto-foto terkait

Leave a comment